Monday, November 24, 2014

Perbaikan Sistem, Pemesanan Tiket Kereta Api Ditutup Malam Ini


Sore ini, 24 November 2014, melalui akun Twitter @KAI121, diumumkan bahwa pemesanan tiket kereta api untuk sementara tidak dapat dilakukan. Pemberitahuan tersebut dikuatkan dengan pengumuman yang terpampang di situs resmi pemesanan tiket KAI (http://tiket.kereta-api.co.id/), yang terdapat dalam screenshot berikut ini:

Pengumuman perbaikan RTS, mulai Senin (24/11) jam 22:00 sampai Selasa (25/11) jam 03:00


Dalam pengumuman tersebut, disebutkan bahwa alasan penutupan pemesanan tiket untuk sementara tersebut bertujuan untuk peningkatan layanan pemesanan tiket PT KAI. Penutupan tersebut juga berlaku untuk situs-situs dan aplikasi-aplikasi smartphone channel eksternal yang menjadi mitra resmi pemesananan tiket PT KAI. Perbaikan/penyempurnaan sistem tersebut diduga kuat ada kaitannya dengan musim liburan Natal dan Tahun Baru yang akan jatuh tepat satu bulan lagi. PT KAI diperkirakan sedang mempersiapkan sistem pemesanan tiket (Rail Ticketing System) untuk menghadapi lonjakan calon penumpang yang akan bepergian menggunakan jasa angkutan kereta api.

Bagi para penumpang yang telah melakukan pemesanan sebelum pukul 17:00 sore tadi, diharapkan telah membayar pemesanannya sebelum perbaikan sistem, yang rencananya akan dimulai pada pukul 22:00 malam ini. Namun demikian, penutupan pemesanan tiket ini tidak mempengaruhi para penumpang yang berencana bepergian pada malam ini dan baru akan membeli tiket di stasiun pemberangkatan (go show).

Masih berhubungan dengan penjualan tiket kereta api, dalam artikel berjudul Tiket Kereta Api untuk Pekan Natal Sudah Ludes Terjual, Kompas melaporkan bahwa tiket kereta api untuk keberangkatan dari Semarang menuju sejumlah tujuan pada musim liburan Natal/Tahun Baru 2014/2015 rata-rata sudah mencapai angka 70-75 persen dari kapasitas maksimum, bahkan untuk perjalanan Kereta Api Tawang Jaya relasi Semarang Poncol-Pasar Senen, tiket sudah habis untuk keberangkatan tanggal 24 sampai 31 Desember 2014.

Sejauh ini, belum ada laporan mengenai ketersediaan tiket kereta api pada jurusan-jurusan lainnya, namun bagi para calon penumpang yang saat ini belum memesan tiket dihimbau untuk tidak khawatir, karena pada besok hari, 25 November 2014, pemesanan tiket ditargetkan sudah dibuka kembali, sehingga penumpang dapat melakukan pemesanan kembali.

Harapan seluruh calon penumpang kereta api, dengan diperbaikinya sistem pemesanan tiket, diharapkan tidak akan terjadi lagi masalah-masalah pemesanan tiket seperti yang pernah terjadi pada saat pemesanan tiket menjelang arus mudik Lebaran tahun 2014. Pada saat itu, banyak penumpang yang sangat kesulitan untuk mendapatkan tiket kereta api. Sehingga saat ini, diharapkan PT KAI benar-benar berusaha untuk memperbaiki kesalahan yang terbilang fatal tersebut dan, melalui sistem pemesanan tiket online yang telah diperbaiki, benar-benar memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi para calon penumpang yang akan berlibur menggunakan jasa angkutan kereta api.

Saturday, November 22, 2014

Pengalaman Ketinggalan Kereta



Setelah sekian lama blog nggak keurus karena lagi sibuk di kampus, daripada bener-bener terlantar, gue mau sedikit share pengalaman ketinggalan kereta. Kepikiran buat sharing inipun gara-gara kemarin ngubek-ngubek forum terus nemu thread tentang pengalaman ketinggalan kereta, jadi ya udah sekalian dishare disini juga...

Kalo pengalaman ketinggalan kereta sih, untungnya baru sekali, dan itupun belum sempet dibeli tiketnya, jadi ya nggak terlalu ngerasa rugi kecuali rugi karena batal naik kereta. Kejadiannya itu di tanggal 05 Maret 2014, waktu itu di grup railfans gue dapet info kalo rangkaian JR 205 bakal memulai hari pertamanya melayani para komuter Jabodetabek, yaitu di rute Bogor-Jakarta Kota. Setelah berhasil ngedapetin jadwalnya, gue langsung ke Stasiun Bandung. Awalnya pengen naik KA 21, yang waktu itu jadwalnya masih jam 07:15 dari Bandung, tapi karena baru nyampe jam 07:50, terpaksa gue naik KA 7135, yang waktu itu berangkat jam 08:15...

Tiket KA 7135 BD-GMR, 05.03.2014

Otomatis, karena berangkatnya delay 1 jam, ya mau nggak mau gue cuma bisa nyegat si JR 205 pas perjalanannya balik dari Beos ke Bogor, yang menurut jadwalnya, bakal berhenti di Manggarai antara jam 11:20-11:25 (kalo nggak salah ya, soalnya catatan jadwalnya ilang). Ya udahlah, yang penting masih bisa ngedapetin momentnya. Perjalanan dari Bandung ke Jakarta berlangsung dengan normal, waktu tempuhnya ternyata bener-bener nyaris 3,5 jam sesuai jadwalnya (rekor perjalanan GoPar terlama). Sepanjang perjalanan nggak banyak foto-foto, salah satunya foto ini, di petak Sukatani-Ciganea...
 
Pemandangan dari KA 7135 di petak Sukatani-Ciganea


Begitu kereta tertahan di sinyal masuk Stasiun Jatinegara, kondekturnya masuk ke dalam Eksekutif 4, nanyain kalo ada yang mau turun di Jatinegara. Ternyata, KA 7135 nggak berhenti, jadilah gue dan satu orang penumpang lainnya “terpaksa” turun waktu kereta masih tertahan sinyal. Tapi ya nggak apa-apa deh, demi JR 205 ini. Masuk stasiun, langsung naik KRL pertama ke arah Manggarai. Di stasiun itu, pas ngeliat ke arah jalur 1, ternyata ada rangkaian JR 205 lainnya yang lagi nongkrong, entah baru mau test run atau baru beres test run. Langsung aja gue fotoin rangkaian yang ada di jalur 1, selagi pintu kereta gue masih dibuka...

JR 205-99F @ Stasiun Manggarai (1)

JR 205-99F @ Stasiun Manggarai (2)

Karena belum ada tanda-tanda kedatangan JR 205 dari arah Beos (tanda-tandanya diumumin kalo rangkaian yang berikutnya dateng itu adalah ‘rangkaian 10 kereta’), jadinya gue masih melanjutkan perjalanan sampai Cikini. Waktu menunjukkan pukul 11:30 begitu gue nyampe di Cikini, tapi ditungguin sampe 11:50, rangkaian yang ditunggu-tunggu kagak muncul-muncul juga. Akhirnya, dengan terpaksa, gue harus tinggalin Cikini dan langsung naik taksi ke Gambir, dengan harapan masih bisa ngejer KA 7136 yang dijadwalkan berangkat jam 12:10. Tapi kondisi jalan siang itu bener-bener nggak bersahabat, alhasil begitu gue nyampe di gerbang masuk Stasiun Gambir, puooongs, rangkaian KA 7136, perlahan tapi pasti, bergerak meninggalkan gue. Dengan terpaksa, gue harus beralih menggunakan travel Cipaganti yang berangkat dari pool di Cikini Raya jam 13:00, karena kalo harus nunggu GoPar berikutnya, gue nggak bakal sempet nyampe Bandung sebelum jam 4 sore...

Tiket travel Cipaganti Jakarta (Cikini)-Bandung (BTC), 05.03.2014

Itu cerita satu-satunya gue ketinggalan kereta, pengalaman pertama dan (semoga) terakhir kalinya ketinggalan kereta. Tapi, selain itu, gue juga sempet hampir dan nyaris ketinggalan kereta. Singkat aja deh ceritanya. Cerita pertama kejadiannya tanggal 26 September 2013, waktu itu PT KAI lagi berbaik hati nyebarin tiket promo 20-100 ribu rupiah, dan juga bertepatan dengan pameran IIMS 2013. Waktu itu, langsung gue ajak seorang temen kampus gue buat ke Jakarta. Buat ke Jakartanya, kami berhasil mendapatkan tiket promo, dan rencananya, pulangnya bakal naik travel Day Trans langsung dari JIExpo menuju Bandung. Oh ya, ini buktinya kalo gue berhasil dapet tiket promo...

Tiket promo KA 21 BD-GMR, 26.09.2013

Begitu sampe di Jakarta, sesuai perjanjian waktu gue masih di kereta, seorang temen railfan udah nungguin gue di Stasiun Jatinegara. Dari sana, rencananya kami akan langsung menuju Stasiun Sudirman, tapi memutar lewat Kampung Bandan dengan naik Commuter Line rute Jatinegara-Bogor. Tapi, begitu kereta berhenti di Stasiun Pasar Senen, gue malah minta temen-temen gue buat turun dulu, sekalian cari makan siang di sekitaran stasiun. Transit selama sekitar 30 menit, kami kembali naik KRL menuju Sudirman. Kalo dipikir, kurang kerjaan juga sih, di saat bisa naik Transjakarta langsung ke daerah Sudirman, gue malah ngajak naik KRL yang ngacir ke arah utara dulu. Tapi kan, kapan lagi ada kesempatan muterin Jakarta naik KRL, hehehe. Oh ya, sambil nungguin kereta, gue nggak lupa buat minta difotoin di samping papan nama Stasiun Senen...

Gue di Stasiun Pasar Senen, hehehe...

Begitu sampe di Sudirman, ternyata tinggal tersisa 10 menit waktu sebelum shuttle bus berangkat dari Senayan City. Karena pastinya nggak bakalan sempet ngejer ke sana, akhirnya kami memutuskan naik Transjakarta dan turun di Pasar Baru, halte terdekat dari JIExpo, yang mana halte itu letaknya nggak terlalu jauh dari Pasar Senen. Tuh kan, bener-bener nggak jelas banget, ngapain harus muter-muter naik KRL dari Senen ke Sudirman via Kampung Bandan-Duri-Tanah Abang dan ujung-ujungnya dari Sudirman balik ke Pasar Baru, di saat sebenernya bisa naik Transjakarta langsung dari Senen ke Pasar Baru (dengan transit, pastinya)...

Dari Pasar Baru, kami langsung naik taksi menuju JIExpo. Begitu sampe di lokasi pameran dan dateng ke tempat penjualan tiket travel, kami sempat kaget begitu tahu tiket travel langsung dari Kemayoran dibanderol (kalo nggak salah) Rp. 120 ribu, lebih mahal daripada kalo naik GoPar atau travel lainnya. Akhirnya, kami memutuskan buat naik KA 28 yang berangkat dari Gambir (waktu itu) jam 18:05. Dua jam sebelum keberangkatan KA 28, kami sudah naik shuttle bus keberangkatan jam 4 sore. Tapi, di perjalanan, kami sempat tertahan kemacetan Jakarta yang membuat kami deg-degan, dan sempat hampir menyesal, kenapa nggak naik travel yang tiketnya lebih mahal, tapi pasti kebagian kursi dan nggak bakal ditinggalin karena kehalang macet. Belum lagi, begitu nyambung dengan Transjakarta, busnya ketahan macet di Senen. Makin deg-degan aja. Begitu nyampe di Gambir dan lagi beli tiket KA 28, petugas loketnya sempet ragu kalo kami masih bisa naik KA 28, tapi gue waktu itu merasa yakin bisa ngejer keretanya, toh masih ada waktu 5 menit. Begitu duduk di kursi kereta, saat itu juga keretanya mulai bergerak menuju Bandung. Hampir saja ditinggal kereta...

Tiket reguler KA 28 GMR-BD, 26.09.2013

Cerita yang lainnya lebih parah dari kejadian tahun 2013, dan baru terjadi kurang dari 2 minggu yang lalu, tepatnya tanggal 10 November 2014. Hari itu, gue dan teman-teman sekelas gue mengikuti study tour mengunjungi Kementerian Luar Negeri RI. Dari sebelum berangkat ke Jakarta, gue udah rencanain buat berpisah dari rombongan setelah semua rangkaian acara selesai, dan pulang ke Bandung menggunakan KA 30. Semua rencana berjalan dengan lancar: seluruh kegiatan study tour selesai jam 17:15, dan semua peserta yang akan berpisah dari rombongan utama di Jakarta diminta melapor ke panitia. Setelah selesai melapor, gue langsung keluar dari dalam area Kemlu dan menunggu bus di halte yang berada di Jalan Abdul Rahman Saleh. Dari jam 17:20-17:45, hanya ada tiga bus yang datang. Bus pertama, langsung diisi sejumlah penumpang yang udah duluan stand-by di halte. Bus kedua, belum juga pintu terbuka penuh, petugasnya langsung menolak penumpang untuk naik karena busnya udah penuh sesak. Baru di bus ketiga, gue akhirnya bisa diangkut menuju Gambir, yang hanya berjarak satu pemberhentian.

Begitu tiba di Gambir, gue langsung berlari secepat mungkin menuju loket di sisi selatan stasiun. Namun, begitu tiba di loket, gue masih harus menunggu giliran. Dari tiga loket yang dibuka, antrian terpendek diisi oleh 4 orang. Beruntung, dua orang langsung meninggalkan loket begitu mereka tahu mereka harus pindah ke sisi utara stasiun untuk melakukan pemesanan tiket. Waktu masih menunggu orang di depan gue melakukan transaksi, PAP udah mulai ngumumin kalo KA 30 bakal diberangkatkan dalam waktu 5 menit. Menurut jam di tiket, tinggal tersisa waktu 1 menit buat gue melewati boarding counter dan berlari naik tangga menuju peron yang berada dua lantai di atas tempat gue saat itu. Tapi, bukannya diperbolehkan langsung masuk, gue masih juga ditahan oleh petugas boarding, tapi ya namanya kewajiban memeriksa tiket, terpaksa gue harus mengikuti peraturan yang ada. Sambil berlari naik, PAP udah keburu ngucapin “kalimat sakti” berikut:

“KPKA 30, semboyan 40 telah diberikan, silakan berikan semboyan 41.”

Waduh, dalam pikiran gue, itu berarti semua pintu kereta sudah ditutup rapat dan hanya menyisakan pintu kereta makan, di mana kondektur akan naik setelah memberikan semboyan 41. Gue langsung berpikir untuk menyelinap masuk ke dalam kereta lewat pintu tersebut. Namun, begitu sampe di peron, rangkaian kereta sudah mulai berjalan perlahan dan pintu kereta makan hanya terbuka sedikit. Gue beruntung banget masih terlihat oleh kondektur yang saat itu baru masuk lewat pintu Eksekutif 2. Beliau langsung menyuruh gue naik lewat satu-satunya pintu yang terbuka lebar itu. Kali ini, gue bener-bener merasa beruntung. Udah ngeluarin duit 110 ribu, keretanya udah mulai bergerak pula, tapi untungnya gue masih bisa naik. Kali ini, bukan lagi hampir ketinggalan kereta, tapi nyaris ketinggalan kereta...

Tiket KA 30 GMR-BD, 10.11.2014 (baru dibeli persis 1 menit sebelum kereta berangkat -_-)

Inilah sederet pengalaman “menegangkan” gue, mulai dari hampir ketinggalan kereta, nyaris ketinggalan kereta, sampe bener-bener ketinggalan kereta. Kesimpulannya, mending kalo tiket belum dibeli, dan udah mepet sama waktu keberangkatan kereta, nggak usah maksain ke stasiun lagi, apalagi beli tiket kereta 1 menit sebelum jadwal keberangkatannya. Kalopun udah dibeli tiketnya berhari-hari sebelum keberangkatan, jangan pernah ngulur-ngulur waktu buat dateng ke stasiun, daripada begitu nyampe gerbang stasiun cuma bisa ngeliat keretanya baru aja berangkat...

Thursday, July 24, 2014

Imperial dan Priority, Armada Baru Kereta Wisata di Indonesia

Kamis (24/07) pagi tadi menjadi sebuah hari yang cukup sibuk di Stasiun Bandung, khususnya menjelang pemberangkatan Kereta Api Ekspres Argo Wilis tujuan akhir Stasiun Surabaya Gubeng. Sekilas terlihat ada yang berbeda dari susunan rangkaian kereta api kelas Eksekutif tersebut. Selain lokomotifnya yang menggunakan armada terbaru bernomor seri CC 206 90, terdapat pula dua kereta dengan corak warna maroon, berbeda dengan 6 kereta kelas Eksekutif di belakangnya yang berwarna putih abu-abu dengan garis kuning bergelombang.

Kereta wisata Imperial (K1 0 13 05)
Kereta wisata Priority (K1 0 14 06)

Ya, dua kereta yang berbeda warna tersebut adalah dua unit kereta wisata terbaru yang dimiliki oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan dioperasikan oleh anak perusahaannya, PT Kereta Api Pariwisata: Imperial dan Priority. Kereta wisata bernomor seri K1 0 13 05 (Imperial) dan K1 0 14 06 (Priority) tersebut, ditambah sepasang kereta wisata Imperial dan Priority lainnya, kini menambah jumlah armada kereta wisata di Indonesia menjadi 9 unit, melengkapi 5 armada lainnya yang sudah dioperasikan sejak tahun 2009 (Nusantara, Bali, Toraja) dan 2013 (Sumatera dan Jawa).

Fasilitas yang ditawarkan kereta wisata Imperial dengan Priority memiliki sedikit perbedaan, yaitu pada model tempat duduknya. Pada kereta wisata Imperial, terdapat 20 tempat duduk yang dilengkapi dengan leg rest untuk memberi kenyamanan lebih dalam melakukan perjalanan kereta api jarak jauh. Model kursi yang menyerupai kursi pesawat business class ini tentu cocok bagi penumpang yang lebih menikmati perjalanan kereta api sambil mengistirahatkan dirinya.

Sedangkan pada kereta wisata Priority, fasilitas berupa leg rest memang tidak tersedia, namun seakan tak mau kalah dengan saudaranya Imperial, di masing-masing dari 28 tempat duduk yang tersedia di dalam Priority, seluruhnya memiliki fasilitas audio video on demand (AVOD). Tentunya model kursi yang menyerupai kursi pesawat economy class ini cocok bagi penumpang yang memilih menikmati perjalanan kereta api sambil menonton film atau menikmati alunan lagu.

Apabila dilihat dari susunan tempat duduknya, maka dapat dikatakan bahwa kereta wisata Imperial dan Priority ini mirip dengan kereta wisata Toraja, di mana terdapat campuran antara model kursi standar (mengikuti arah laju kereta) dan juga ruang berkumpul yang dapat dijadikan ruang karaoke atau sekadar ruang untuk berbincang-bincang santai layaknya di rumah.

Dalam peluncurannya kali ini, dua unit kereta wisata baru tersebut membawa rombongan wisatawan mancanegara asal Belanda. Peluncuran tersebut juga dihadiri sejumlah petinggi PT KAI dan PT KA Pariwisata, dan diliput oleh berbagai media massa. Berhubung penulis bukan seorang jurnalis resmi, maka penulis tentu tidak mendapatkan akses masuk ke dalam kedua kereta wisata tersebut. Tapi, yang penting, penulis tetap masih bisa mengabadikan perjalanan perdana Imperial dan Priority tersebut dari jarak sekitar 500 meter dari titik peresmian, dan ditemani dua orang rekan sesama pecinta kereta api. Berikut link cuplikan video keberangkatan KA Argo Wilis tujuan Surabaya sekaligus moment peresmian kereta wisata Imperial dan Priority yang berhasil penulis rekam.

KA Argo Wilis bonus kawis Imperial dan Priority

Bagi pembaca yang penasaran dengan suasana di dalam stasiun dan/atau kereta wisata saat (dan sesudah) peresmian, dapat membuka halaman-halaman berikut ini:


Juga dapat kunjungi akun resmi Twitter @indorailtour untuk informasi seputar kereta wisata.

Sekian informasi yang dapat penulis himpun seputar peresmian kereta wisata Imperial dan Priority, sampai berjumpa dalam kesempatan berikutnya!

Monday, July 14, 2014

PT KAI Tambahkan Dua Perjalanan Kereta Api Lebaran


Sehubungan dengan tingginya minat masyarakat untuk pulang kampung menjelang Hari Raya Idul Fitri 1435H menggunakan moda transportasi kereta api, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dengan ini akan mengoperasikan tambahan dua kereta api kelas ekonomi AC nonsubsidi (komersial), menggunakan dua rangkaian KA ekonomi AC baru buatan PT. Industri Kereta Api, Madiun, Jawa Timur. Kedua kereta api tersebut adalah KA Menoreh Lebaran relasi Pasar Senen-Semarang Tawang PP dan KA Sawunggalih Lebaran relasi Pasar Senen-Kutoarjo PP.

Kedua kereta api tambahan tersebut akan mulai beroperasi pada tanggal 18 Juli 2014, dan pemesanan tiketnya sudah dapat dilakukan sejak tanggal 12 Juli 2014 yang lalu, baik melalui loket stasiun maupun channel eksternal. Adapun jadwal kedua KA tambahan tersebut akan menyesuaikan dengan kondisi arus pergerakan pemudik, sehingga jadwal yang berlaku pada saat arus mudik (H-10 s/d H2 Lebaran) akan berbeda dengan jadwal yang berlaku pada saat arus balik (H+1 s/d H+10 Lebaran):

KA Sawunggalih Lebaran (Jakarta-Kutoarjo PP)

Jadwal selama arus mudik (18-29 Juli 2014):
KA 7014 Pasar Senen 18:45 Kutoarjo 02:23
KA 7013 Kutoarjo 08:00 Pasar Senen 15:33

Jadwal selama arus balik (30 Juli-08 Agustus 2014):
KA 7015 Kutoarjo 19:40 Pasar Senen 03:28
KA 7016 Pasar Senen 10:00 Kutoarjo 17:36

KA Menoreh Lebaran (Jakarta-Semarang PP)

Jadwal selama arus mudik (18-29 Juli 2014):
KA 7070 Pasar Senen 20:05 Semarang Tawang 02:47
KA 7069 Semarang Tawang 09:30 Pasar Senen 16:10

Jadwal selama arus balik (30 Juli-08 Agustus 2014):
KA 7023A Semarang Tawang 18:00 Pasar Senen 00:23
KA 7024A Pasar Senen 08:40 Semarang Tawang 14:52

Sekian informasi untuk saat ini, apabila ada update terbaru akan segera ditambahkan...

Lihat juga: [UPDATE] Jadwal Kereta Api Tambahan Lebaran 2014

Monday, May 19, 2014

Ketika Seorang Railfan Naik Pesawat (Part 2)

Oke, sesuai dengan yang udah gue janjikan sebelumnya, berikut adalah lanjutan dari trip report gue ke Balikpapan. Well, sebenernya sih untuk bagian ini lebih cocok disebut “trip report gue dari Balikpapan”, karena isi ceritanya full tentang perjalanan balik gue...

Setelah sehari sebelumnya rombongan kami menempuh jadwal kegiatan yang padat, yang akhirnya bisa membuat gue tertidur pulas dan batal ikutan jalan-jalan menikmati malam hari di Balikpapan (bukan kehidupan malam, that’s totally different for me), hari Minggu tanggal empat bulan Mei tahun dua ribu empat belas ini kami memiliki waktu luang yang (sedikit) lebih banyak dibanding hari sebelumnya. Sebagaimana hari Minggu lainnya, pagi itu gue mengikuti ibadah Minggu pagi yang dimulai pukul 07:00 WITA. Beruntunglah ibadah dimulai sepagi itu, kalo aja dimulai pukul 09:00 WITA, mungkin udah nggak bakal ada waktu lagi buat main bentar ke pantai sebelum akhirnya packing dan mengejar singa besi yang bakalan terbang ke Jakarta sekitar pukul 13:10 WITA.

Singkat cerita, setelah “puas” bermain di pantai (padahal sebenernya cuma neduh dan narsis sedikit karena nggak tahan sama panasnya suhu siang itu) dan menikmati sarapan yang kelewat terlambat (masak iya baru sarapan jam 11 siang?), akhirnya kami siap meninggalkan Kota Balikpapan. What a very short vacation...

Drop-off area terminal keberangkatan Bandar Udara Sepinggan...


Pintu masuk terminal keberangkatan internasional dan domestik Bandara Internasional Sepinggan

Narsis dulu... :p

Masuk ke dalam terminal keberangkatan, terdapat pula penunjuk arah counter check-in keberangkatan domestik. Sebagai maskapai flag carrier, Garuda lagi-lagi mendapatkan area counter check-in tersendiri (seluruh area B dan sebagian area A, khusus untuk penerbangan internasional)...

Papan penunjuk lokasi counter check-in tiap maskapai

Kali ini, hanya sebagian dari rombongan yang ikut menuju counter check-in, dikarenakan posisinya yang agak menjauh dari pintu masuk utama. Sedangkan bagian security check berada tepat persis di seberang pintu masuk utama (di balik penunjuk counter check-in yang gue foto). Berikut adalah tiket/boarding pass Lion Air, dengan tampilan yang cukup mirip dengan boarding pass yang pernah gue miliki. Sekilas tampilannya agak lebih “rumit” dibandingkan boarding pass Citilink...

Boarding pass untuk Penerbangan JT 751 BPN-CGK...

Ruang tunggu di Bandara Sepinggan bersifat terbuka dari ujung satunya ke ujung lainnya, sehingga penumpang leluasa untuk berpindah-pindah tempat. Sekilas gue jadi teringat dengan Bandara Internasional Ataturk di Istanbul dengan model ruang tunggu yang serupa, membuat gue tidak bosan ketika harus menunggu waktu transit selama 7 jam di bandara tersebut pada tanggal 07 Oktober 2008 silam.

Kembali ke tanggal 04 Mei 2014, siang itu di Sepinggan gue nggak bisa seleluasa ketika transit di Istanbul: dalam artian, gue nggak bisa menghabiskan banyak waktu untuk memotret berbagai jenis pesawat dengan livery maskapai masing-masing. Siang itu, gue hanya sempat memotret satu unit Airbus 320 milik Citilink, satu unit Boeing 737-800 milik Sriwijaya Air, satu unit ATR 72 milik Kalstar Aviation, dan tentunya, satu unit Boeing 737-900ER milik Lion Air. Kurangnya waktu jeda yang ada sejak melewati security check sampai waktu boarding membuat gue gagal mengambil foto Boeing 737-800 milik Garuda Indonesia yang terparkir jauh di bagian ujung bandara...

Boeing 737-900ER PK-LFS, yang melayani penerbangan JT 751 tanggal 04 Mei 2014...

Tepat pukul 12:40 WITA, penumpang penerbangan JT 751 tujuan akhir Jakarta dipersilakan untuk boarding. Langsung, sekitar hampir 200 manusia mengantri di Gerbang G6. Untuk mempercepat embarkasi, penumpang yang duduk di baris 20-38 dialihkan turun ke apron untuk naik lewat pintu belakang pesawat. Lucky for me, gue bisa narsis dulu sebelum naik...

Narsis dengan tulisan model dan registrasi pesawat...

Pukul 13:10 WITA, pramugari mulai menutup kedua pintu masuk pesawat, dan pesawat mulai didorong mundur. Tetapi, ketika sudah berada dalam posisi taxiing, tiba-tiba di sebelah kiri gue sebuah pesawat berwarna putih-biru melenggang dengan santainya menyusul pesawat gue dan sebuah pesawat Sriwijaya. Dengan jadwal keberangkatan dan rute yang sama, walhasil sang Garuda dengan nomor penerbangan GA 567 mendapat prioritas utama untuk diberangkatkan. Menyusul di belakangnya Sriwijaya dan barulah Lion dipersilakan taxi menuju runway. Beginilah nasib penumpang low-cost carrier, mesti sabar menunggu disusul full-service carrier dan juga menunggu didahului semi full-service carrier (setahu gue Sriwijaya kelasnya diantara full-service dan low-cost)... Butuh waktu sekitar 15 menit untuk menunggu kedua pesawat 737-800 tadi bergantian lepas landas hingga akhirnya singa yang gue tunggangi diizinkan untuk terbang meninggalkan Balikpapan. Dan seperti pada penerbangan QG 9631 CGK-BPN sehari sebelumnya, lagi-lagi gue merasakan ketakutan yang sama, dan gue melampiaskannya dengan berpegangan erat pada pegangan kursi yang ada...

Rasa takut gue berangsur hilang begitu pesawat mulai mengakhiri fase pendakian dan tiba di ketinggian jelajahnya. Lampu peringatan sabuk pengaman dimatikan, walaupun penumpang tetap dihimbau untuk mengenakannya selama berada dalam posisi duduk. Karena kondisi pesawat yang terisi penuh, gue nggak bisa leluasa memilih tempat duduk dan hanya sempat mengambil beberapa foto. Salah satunya adalah foto yang diambil sekitar pukul 13:54 WIB/14:54 WITA di bawah ini, entah ketika pesawat melintasi daerah mana...

Pemandangan dari dalam pesawat, sekitar pukul 13:54 WIB...

Setelahnya, gue sempatkan mengambil foto interior pesawat Boeing 737-900ER yang gue tumpangi. Berhubung tempat duduk gue berada di baris kedua dari belakang, gue hanya mengambil foto interior dengan posisi menghadap ke bagian depan pesawat...

Interior PK-LFS, yang dipenuhi penumpang JT 751...

Waktu menunjukkan pukul 14:10 WIB ketika akhirnya dari jendela sebelah kiri pesawat mulai terlihat pemandangan bagian utara Jakarta, mulai dari Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pembuka dan ditutup oleh Bandara Soekarno-Hatta...

Pemandangan menjelang kedatangan di Jakarta, terlihat kompleks Bandara Internasional Soekarno-Hatta di kejauhan...

Butuh waktu sekitar 20 menit sejak pertama kali melihat landasan pacu CGK sampai akhirnya pesawat mendarat. Dan proses landing dari JT 751, menurut pengalaman gue, adalah yang terburuk dibanding kesempatan-kesempatan lainnya. Ketika sedang approaching, gue udah punya firasat landing siang itu tidak bakal semulus ketika gue mendarat di Balikpapan. Pilot (atau mungkin kopilot, secara saat kecelakaan penerbangan JT 904 di DPS, yang melakukan approach adalah kopilot) terasa menurunkan ketinggian secara mendadak. Alhasil, roda pendaratan utama tidak menyentuh landasan pacu dengan mulus, seperti pada penerbangan QG 9631. Udah gitu, entah faktor landasan pacunya yang kurang mulus atau karena faktor hard landing tadi, pesawat terasa berguncang ketika melibas permukaan runway 25L...

Karena mendarat di 25L, otomatis pesawat kami melewati area Terminal 2 dan 3. Sepanjang perjalanan, gue sempat melihat sebuah pesawat Mandala, sebuah pesawat Batik Air, sekumpulan pesawat Garuda Indonesia dengan berbagai jenis (termasuk satu unit B777-300ER nomor PK-GID dan Airbus 330-300 nomor PK-GPF berseragam Skyteam), dan sekumpulan pesawat dari berbagai maskapai mancanegara terparkir di terminal 2D. Bahkan, di jalur penghubung antara Terminal 1 dengan Terminal 2 dan 3, pesawat kami berpapasan dengan sebuah pesawat Garuda 737-800 yang juga baru mendarat. Kalo menurut tebakan gue, rasanya tidak mungkin itu adalah pesawat yang sama dengan pesawat yang menyusul JT 751 saat sedang taxi di Sepinggan.

Begitu merapat di Gate R6 Terminal 1C CGK, lagi-lagi penumpang di baris 20-38 diminta turun melalui pintu belakang. Kali ini, gue menyempatkan diri memotret salah satu dari sepasang mesin jenis CFM56 yang terpasang pada kedua sayap pesawat...

Close-up of CFM56-7B26 Engine No. 1 of PK-LFS...

Pintu masuk menuju ruang kedatangan, tampak sempit, gelap, dan kumuh. Sampai-sampai ada temen gue yang mengomentarinya mirip pintu masuk toilet...

Ini pintu masuk ke dalam bandara atau apa ya, gini banget tampilannya... -__-

Dengan ini berakhirlah penerbangan gue kembali dari Balikpapan. Keluar dari bangunan terminal, rombongan kami menyewa sebuah elf untuk mengantar kami kembali ke Bandung. Beberapa foto setelah meninggalkan Terminal 1C...


Sebuah pesawat Lion Air di Terminal 1C, tapi kalo diliat posisinya bukan PK-LFS...

Numpang lewat, sambil mikir kapan lagi gue bisa terbang dari sini...

Sampai disinilah cerita perjalanan gue yang jauh tetapi singkat ini, mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan atau adanya kesalahan istilah. Sampai berjumpa di laporan perjalanan berikutnya!

Baca juga: Ketika Seorang Railfan Naik Pesawat (Part 1)