Monday, May 19, 2014

Ketika Seorang Railfan Naik Pesawat (Part 2)

Oke, sesuai dengan yang udah gue janjikan sebelumnya, berikut adalah lanjutan dari trip report gue ke Balikpapan. Well, sebenernya sih untuk bagian ini lebih cocok disebut “trip report gue dari Balikpapan”, karena isi ceritanya full tentang perjalanan balik gue...

Setelah sehari sebelumnya rombongan kami menempuh jadwal kegiatan yang padat, yang akhirnya bisa membuat gue tertidur pulas dan batal ikutan jalan-jalan menikmati malam hari di Balikpapan (bukan kehidupan malam, that’s totally different for me), hari Minggu tanggal empat bulan Mei tahun dua ribu empat belas ini kami memiliki waktu luang yang (sedikit) lebih banyak dibanding hari sebelumnya. Sebagaimana hari Minggu lainnya, pagi itu gue mengikuti ibadah Minggu pagi yang dimulai pukul 07:00 WITA. Beruntunglah ibadah dimulai sepagi itu, kalo aja dimulai pukul 09:00 WITA, mungkin udah nggak bakal ada waktu lagi buat main bentar ke pantai sebelum akhirnya packing dan mengejar singa besi yang bakalan terbang ke Jakarta sekitar pukul 13:10 WITA.

Singkat cerita, setelah “puas” bermain di pantai (padahal sebenernya cuma neduh dan narsis sedikit karena nggak tahan sama panasnya suhu siang itu) dan menikmati sarapan yang kelewat terlambat (masak iya baru sarapan jam 11 siang?), akhirnya kami siap meninggalkan Kota Balikpapan. What a very short vacation...

Drop-off area terminal keberangkatan Bandar Udara Sepinggan...


Pintu masuk terminal keberangkatan internasional dan domestik Bandara Internasional Sepinggan

Narsis dulu... :p

Masuk ke dalam terminal keberangkatan, terdapat pula penunjuk arah counter check-in keberangkatan domestik. Sebagai maskapai flag carrier, Garuda lagi-lagi mendapatkan area counter check-in tersendiri (seluruh area B dan sebagian area A, khusus untuk penerbangan internasional)...

Papan penunjuk lokasi counter check-in tiap maskapai

Kali ini, hanya sebagian dari rombongan yang ikut menuju counter check-in, dikarenakan posisinya yang agak menjauh dari pintu masuk utama. Sedangkan bagian security check berada tepat persis di seberang pintu masuk utama (di balik penunjuk counter check-in yang gue foto). Berikut adalah tiket/boarding pass Lion Air, dengan tampilan yang cukup mirip dengan boarding pass yang pernah gue miliki. Sekilas tampilannya agak lebih “rumit” dibandingkan boarding pass Citilink...

Boarding pass untuk Penerbangan JT 751 BPN-CGK...

Ruang tunggu di Bandara Sepinggan bersifat terbuka dari ujung satunya ke ujung lainnya, sehingga penumpang leluasa untuk berpindah-pindah tempat. Sekilas gue jadi teringat dengan Bandara Internasional Ataturk di Istanbul dengan model ruang tunggu yang serupa, membuat gue tidak bosan ketika harus menunggu waktu transit selama 7 jam di bandara tersebut pada tanggal 07 Oktober 2008 silam.

Kembali ke tanggal 04 Mei 2014, siang itu di Sepinggan gue nggak bisa seleluasa ketika transit di Istanbul: dalam artian, gue nggak bisa menghabiskan banyak waktu untuk memotret berbagai jenis pesawat dengan livery maskapai masing-masing. Siang itu, gue hanya sempat memotret satu unit Airbus 320 milik Citilink, satu unit Boeing 737-800 milik Sriwijaya Air, satu unit ATR 72 milik Kalstar Aviation, dan tentunya, satu unit Boeing 737-900ER milik Lion Air. Kurangnya waktu jeda yang ada sejak melewati security check sampai waktu boarding membuat gue gagal mengambil foto Boeing 737-800 milik Garuda Indonesia yang terparkir jauh di bagian ujung bandara...

Boeing 737-900ER PK-LFS, yang melayani penerbangan JT 751 tanggal 04 Mei 2014...

Tepat pukul 12:40 WITA, penumpang penerbangan JT 751 tujuan akhir Jakarta dipersilakan untuk boarding. Langsung, sekitar hampir 200 manusia mengantri di Gerbang G6. Untuk mempercepat embarkasi, penumpang yang duduk di baris 20-38 dialihkan turun ke apron untuk naik lewat pintu belakang pesawat. Lucky for me, gue bisa narsis dulu sebelum naik...

Narsis dengan tulisan model dan registrasi pesawat...

Pukul 13:10 WITA, pramugari mulai menutup kedua pintu masuk pesawat, dan pesawat mulai didorong mundur. Tetapi, ketika sudah berada dalam posisi taxiing, tiba-tiba di sebelah kiri gue sebuah pesawat berwarna putih-biru melenggang dengan santainya menyusul pesawat gue dan sebuah pesawat Sriwijaya. Dengan jadwal keberangkatan dan rute yang sama, walhasil sang Garuda dengan nomor penerbangan GA 567 mendapat prioritas utama untuk diberangkatkan. Menyusul di belakangnya Sriwijaya dan barulah Lion dipersilakan taxi menuju runway. Beginilah nasib penumpang low-cost carrier, mesti sabar menunggu disusul full-service carrier dan juga menunggu didahului semi full-service carrier (setahu gue Sriwijaya kelasnya diantara full-service dan low-cost)... Butuh waktu sekitar 15 menit untuk menunggu kedua pesawat 737-800 tadi bergantian lepas landas hingga akhirnya singa yang gue tunggangi diizinkan untuk terbang meninggalkan Balikpapan. Dan seperti pada penerbangan QG 9631 CGK-BPN sehari sebelumnya, lagi-lagi gue merasakan ketakutan yang sama, dan gue melampiaskannya dengan berpegangan erat pada pegangan kursi yang ada...

Rasa takut gue berangsur hilang begitu pesawat mulai mengakhiri fase pendakian dan tiba di ketinggian jelajahnya. Lampu peringatan sabuk pengaman dimatikan, walaupun penumpang tetap dihimbau untuk mengenakannya selama berada dalam posisi duduk. Karena kondisi pesawat yang terisi penuh, gue nggak bisa leluasa memilih tempat duduk dan hanya sempat mengambil beberapa foto. Salah satunya adalah foto yang diambil sekitar pukul 13:54 WIB/14:54 WITA di bawah ini, entah ketika pesawat melintasi daerah mana...

Pemandangan dari dalam pesawat, sekitar pukul 13:54 WIB...

Setelahnya, gue sempatkan mengambil foto interior pesawat Boeing 737-900ER yang gue tumpangi. Berhubung tempat duduk gue berada di baris kedua dari belakang, gue hanya mengambil foto interior dengan posisi menghadap ke bagian depan pesawat...

Interior PK-LFS, yang dipenuhi penumpang JT 751...

Waktu menunjukkan pukul 14:10 WIB ketika akhirnya dari jendela sebelah kiri pesawat mulai terlihat pemandangan bagian utara Jakarta, mulai dari Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pembuka dan ditutup oleh Bandara Soekarno-Hatta...

Pemandangan menjelang kedatangan di Jakarta, terlihat kompleks Bandara Internasional Soekarno-Hatta di kejauhan...

Butuh waktu sekitar 20 menit sejak pertama kali melihat landasan pacu CGK sampai akhirnya pesawat mendarat. Dan proses landing dari JT 751, menurut pengalaman gue, adalah yang terburuk dibanding kesempatan-kesempatan lainnya. Ketika sedang approaching, gue udah punya firasat landing siang itu tidak bakal semulus ketika gue mendarat di Balikpapan. Pilot (atau mungkin kopilot, secara saat kecelakaan penerbangan JT 904 di DPS, yang melakukan approach adalah kopilot) terasa menurunkan ketinggian secara mendadak. Alhasil, roda pendaratan utama tidak menyentuh landasan pacu dengan mulus, seperti pada penerbangan QG 9631. Udah gitu, entah faktor landasan pacunya yang kurang mulus atau karena faktor hard landing tadi, pesawat terasa berguncang ketika melibas permukaan runway 25L...

Karena mendarat di 25L, otomatis pesawat kami melewati area Terminal 2 dan 3. Sepanjang perjalanan, gue sempat melihat sebuah pesawat Mandala, sebuah pesawat Batik Air, sekumpulan pesawat Garuda Indonesia dengan berbagai jenis (termasuk satu unit B777-300ER nomor PK-GID dan Airbus 330-300 nomor PK-GPF berseragam Skyteam), dan sekumpulan pesawat dari berbagai maskapai mancanegara terparkir di terminal 2D. Bahkan, di jalur penghubung antara Terminal 1 dengan Terminal 2 dan 3, pesawat kami berpapasan dengan sebuah pesawat Garuda 737-800 yang juga baru mendarat. Kalo menurut tebakan gue, rasanya tidak mungkin itu adalah pesawat yang sama dengan pesawat yang menyusul JT 751 saat sedang taxi di Sepinggan.

Begitu merapat di Gate R6 Terminal 1C CGK, lagi-lagi penumpang di baris 20-38 diminta turun melalui pintu belakang. Kali ini, gue menyempatkan diri memotret salah satu dari sepasang mesin jenis CFM56 yang terpasang pada kedua sayap pesawat...

Close-up of CFM56-7B26 Engine No. 1 of PK-LFS...

Pintu masuk menuju ruang kedatangan, tampak sempit, gelap, dan kumuh. Sampai-sampai ada temen gue yang mengomentarinya mirip pintu masuk toilet...

Ini pintu masuk ke dalam bandara atau apa ya, gini banget tampilannya... -__-

Dengan ini berakhirlah penerbangan gue kembali dari Balikpapan. Keluar dari bangunan terminal, rombongan kami menyewa sebuah elf untuk mengantar kami kembali ke Bandung. Beberapa foto setelah meninggalkan Terminal 1C...


Sebuah pesawat Lion Air di Terminal 1C, tapi kalo diliat posisinya bukan PK-LFS...

Numpang lewat, sambil mikir kapan lagi gue bisa terbang dari sini...

Sampai disinilah cerita perjalanan gue yang jauh tetapi singkat ini, mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan atau adanya kesalahan istilah. Sampai berjumpa di laporan perjalanan berikutnya!

Baca juga: Ketika Seorang Railfan Naik Pesawat (Part 1)

Wednesday, May 14, 2014

[UPDATE] Jadwal Kereta Api Tambahan Lebaran 2014

Catatan Penting! Post ini membahas mengenai jadwal KA tambahan Lebaran 2014. Untuk informasi mengenai jadwal KA tambahan Lebaran 2015, silakan buka post Jadwal Kereta Api Tambahan Lebaran 2015. Terima kasih.

Sambil menyusun sambungan trip report ke Balikpapan di postingan terakhir, dalam postingan ini akan saya sampaikan sedikit informasi mengenai kereta api tambahan untuk angkutan Lebaran 2014.

Sebagaimana yang telah dirilis melalui akun resmi media sosial Twitter @KAI121, PT. Kereta Api Indonesia akan mengoperasikan 16 perjalanan kereta api tambahan, yang terdiri dari 7 perjalanan kereta api komersil, 7 perjalanan kereta api ekonomi AC bersubsidi, dan 2 perjalanan kereta api ekonomi AC nonsubsidi; untuk periode angkutan Lebaran 2014. Sesuai dengan Rencana Operasional Angkutan Lebaran 2014, maka ke-16 perjalanan kereta api tambahan tersebut akan dioperasikan mulai tanggal 21 Juli 2014 sampai dengan 05 Agustus 2014, atau dengan kata lain, mulai H-7 Lebaran sampai dengan H+7 Lebaran.

Pemesanan untuk tiket kereta api tambahan Lebaran sudah dapat dilakukan sejak hari Kamis, 15 Mei 2014, pukul 00:00, baik melalui loket stasiun maupun melalui agen-agen resmi KAI dan channel eksternal lainnya (website dan aplikasi smartphone). Hanya saja, untuk perjalanan kereta api tambahan Lebaran kelas Eksekutif dan Bisnis, tidak diberlakukan program tiket promo mudik murah sebagaimana yang telah diberlakukan untuk perjalanan kereta api reguler di masa angkutan Lebaran 2014.

Perlu diperhatikan bahwa dalam pengoperasian kereta api tambahan Lebaran 2014 kali ini terdapat satu perjalanan pulang-pergi (PP) KA tambahan yang akan mengalami perubahan jadwal setelah hari raya Idul Fitri kedua (H2 Lebaran), yaitu KA Kutojaya Selatan relasi Kutoarjo-Kiaracondong PP. Dalam tabel di bawah ini, jadwal KA Kutojaya Selatan yang berlaku mulai tanggal 21-29 Juli 2014 (H-7 s/d H2 Lebaran) saya tandai dengan catatan pra-Idul Fitri (KA nomor 7039-7040), sedangkan untuk jadwal KA Kutojaya Selatan yang berlaku mulai tanggal 30 Juli-05 Agustus 2014 (H+3 s/d H+7 Lebaran) saya tandai dengan catatan pasca-Idul Fitri (KA nomor 7037-7038).


Berikut adalah perbaikan dari tabel jadwal KA tambahan Lebaran 2014 yang sudah pernah saya lampirkan dalam kesempatan sebelumnya:

Tabel 1: Jadwal KA Tambahan Lebaran 2014 (kelas Eksekutif dan Bisnis)

Tabel 2: Jadwal KA Tambahan Lebaran 2014 (kelas Ekonomi AC PSO - part 1)

Tabel 3: Jadwal KA Tambahan Lebaran 2014 (kelas Ekonomi AC PSO - part 2)

Monday, May 12, 2014

Ketika Seorang Railfan Naik Pesawat (Part 1)


Sebelum memulai postingan ini, gue minta maaf kalo isinya diluar topik yang biasa dibahas di blog ini. Tapi, sesuai judulnya, gue mau sharing sedikit pengalaman gue ketika melakukan perjalanan dengan cara “mengkhianati” (kedengeran lebay ya...) moda transportasi yang biasa gue andalkan...

Semuanya bermula dari undangan perkawinan (atau pernikahan ya? Tapi kalo menurut UU Nomor 1 Tahun 1974 disebutnya UU Perkawinan...) dua anggota paduan suara pemuda di gereja tempat gue beribadah. Tapi, pasangan ini udah pindah ke Balikpapan, dan mereka akan melangsungkan acara di sana. Tidak lupa mereka mengundang kami, para anggota paduan suara.

Begitu pelatih menceritakan rencana ini, semua orang terlihat antusias. Ya iyalah, siapa yang enggak mau ikut ke acara perkawinan teman mereka, terlebih lagi, acaranya dibikin di luar pulau. Itung-itung kan sama dengan liburan. Hanya saja, begitu diumumkan tanggal keberangkatan, sayangnya tidak semua anggota bisa berangkat. Tersisa 16 orang yang tetap berangkat, termasuk gue.

Dua minggu sebelum berangkat, diumumkan bahwa untuk keberangkatan ke Balikpapan, rombongan akan dibagi dalam tiga penerbangan pagi dari Jakarta: empat orang di penerbangan Citilink, dan masing-masing tujuh orang di dua penerbangan Lion Air. Begitu mendengar pengumuman itu, gue berharap bisa mendapatkan satu dari empat tiket di penerbangan Citilink. Alasan? Pertama, penerbangan itu adalah yang pertama lepas landas dari Jakarta, otomatis penerbangan itu juga yang pertama mendarat di Balikpapan: lebih banyak waktu menikmati bangunan Bandara Internasional Sepinggan yang baru tentunya. Kedua, untuk penerbangan pulang kami dipastikan akan berada dalam satu pesawat Lion Air yang sama, andaikan gue berangkat dengan Citilink, berarti gue bisa melakukan perbandingan pelayanan di antara kedua maskapai tersebut. Ketiga, jenis pesawatnya berbeda: Citilink dengan Airbus 320-200, dan Lion dengan Boeing 737-900ER...

Seminggu sebelum berangkat, diumumkan kembali bahwa tim yang mengurusi tiket pesawat ternyata berhasil mendapatkan tiket keberangkatan untuk penerbangan yang sama, dan ternyata seluruh anggota dikumpulkan di penerbangan Citilink keberangkatan pukul 04:55 dari Soekarno-Hatta. Hore, berarti rencana gue mencoba pelayanan dua maskapai yang berbeda itu bakal berhasil!

Tanpa perlu memperpanjang cerita, tibalah waktu untuk keberangkatan. Berhubung kami berada di Bandung, maka sebelumnya kami harus menempuh perjalanan darat menuju Ibu Kota. Dari awal sampai akhir perjalanan ini, gue bener-bener “mengkhianati” moda transportasi andalan gue: kereta api. Sesuai pengalaman beberapa teman gue yang “biasa” naik pesawat, semua jenis angkutan dari Bandung ke Cengkareng mengharuskan penumpangnya untuk naik travel/bus dengan jadwal keberangkatan paling lambat 5 jam sebelum penerbangannya lepas landas. Berhubung pesawat yang akan kami tumpangi berangkat Sabtu pagi pukul 04:55 WIB, akhirnya kami sepakat untuk naik bus Primajasa dari Batununggal keberangkatan Jumat malam pukul 23:30 WIB.

Paruh pertama perjalanan dari Batununggal sampai sekitar Gerbang Tol Jatiluhur di KM 84, gue sama sekali enggak bisa tidur. Baru sekitar pukul 00:30 gue berhasil tertidur, itupun tidak untuk waktu yang lama. Begitu bus melewati Cawang, gue kembali terbangun. Suasana waktu itu sama sekali berbeda dengan terakhir kali gue melewati daerah yang sama: jalanan, baik di dalam maupun di luar tol, terlihat begitu lengang. Ya iyalah, malam itu gue lewatnya jam 1, masak iya bakal seramai jam 1 siang... Sang supir terus memacu bus yang kami tumpangi melewati Patung Dirgantara, Jembatan Semanggi, Gedung MPR/DPR, Mal Taman Anggrek, terus sampai dengan simpang susun Grogol, ketika bus meninggalkan ruas tol dalam kota Jakarta dan memasuki ruas tol Sedyatmo. Tepat pukul 01:40, akhirnya bus tiba di lingkungan Bandar Udara Internasional Jakarta Soekarno-Hatta. Satu per satu penumpang diturunkan di Terminal 1A dan 1B, sebelum akhirnya setengah dari isi bus turun di Terminal 1C. Gue menjadi orang pertama yang turun di Terminal 1C, untuk bisa mengambil foto ini sebelum bus kembali melanjutkan perjalanan menuju Terminal 2 dan 3...

Bus Primajasa Batununggal Indah - Soekarno-Hatta Airport (nomor bus J.0521) @ Terminal 1C CGK...

Setelah sekian lama tidak menginjakkan kedua kaki di tempat itu, akhirnya di tengah kesunyian malam, gue kembali terdampar di salah satu bandar udara tersibuk di Indonesia. Hanya saja, terakhir gue berada di tempat ini, gue diturunkan di Terminal 2D. Kali ini, berhubung tidak ada kepentingan untuk terbang ke luar negeri dan/atau menggunakan pesawat milik Garuda, gue pun terdampar di Terminal 1C...

Narsis dulu... :p

Suhu saat itu berada pada angka 73 derajat Celcius di bawah titik didih air. Untunglah tidak terlalu dingin, tetapi juga tidak terlalu panas...

 
Weather report @ CGK, provided by Instaweather...

Satu jam menunggu di luar, akhirnya petugas bandara mempersilakan kami masuk ke dalam ruang pemeriksaan bagasi dan juga ruang check-in counter. Begitu selesai check-in, kami dibagikan tiket/boarding pass masing-masing. Ternyata tiket/boarding pass Citilink terlihat cukup sederhana, berbeda dengan tiket pesawat yang pernah gue miliki dalam kesempatan-kesempatan sebelumnya, sekian tahun yang lalu...

Boarding pass untuk Penerbangan QG 9631 CGK-BPN...

Melewati tempat pemeriksaan kedua, akhirnya kami tiba di Gerbang C1. Di luar ruang tunggu, telah tersedia sebuah pesawat Airbus 320-200 bernuansa putih-hijau, dengan model sayap yang lama, tanpa sharklet. Awalnya gue berharap bisa mendapatkan pesawat dengan model sayap yang baru itu, tetapi ternyata yang tampak di luar berbeda dengan harapan gue. Ya sudahlah, yang penting pesawatnya bisa lepas landas dan mendarat dengan selamat...

Salah satu A320-nya QG, antara PK-GLC atau GLG (CMIIW)...

Mendekati pukul 04:25, para penumpang penerbangan QG (CTV) 9631 tujuan Balikpapan diminta untuk segera boarding. Tapi bukannya menuju pesawat yang terparkir di depan ruang C1, kami malah diarahkan menuju Gerbang C6 yang terletak cukup jauh dari tempat kami menunggu. Ada apa gerangan sampai seluruh penumpang dialihkan cukup jauh seperti itu? Pesawat yang terparkir di C6 juga masih menggunakan model sayap yang lama, tanpa sharklet...

Begitu duduk di dalam pesawat, gue merasa ketakutan, yang pasti karena udah lama gue enggak melakukan penerbangan. Padahal, dalam penerbangan terakhir gue sekitar hampir 6 tahun yang lalu, gue menghabiskan waktu 17 jam di dalam 3 jenis pesawat yang berbeda: Boeing 737-700 milik maskapai Tarom (penerbangan Bucharest-Istanbul), Airbus 321-200 milik maskapai Qatar Airways (penerbangan Istanbul-Doha), dan Airbus 330-300 milik maskapai Qatar Airways (penerbangan Doha-Jakarta). Tiga kali lepas landas dan tiga kali mendarat, saat-saat itu gue bisa lalui tanpa merasa takut sama sekali. Tapi entah kenapa, pagi itu, gue merasa ketakutan, padahal hanya akan menempuh penerbangan selama sekitar 2 jam saja.

Begitu pesawat mulai didorong meninggalkan Gerbang C6, gue berdoa agar penerbangan menuju Balikpapan berjalan dengan lancar. Untuk beberapa waktu gue bisa kembali merasa tenang, sambil memerhatikan peragaan keselamatan dan cara evakuasi oleh para pramugari yang melayani penerbangan saat itu. Setelah peragaan itu, gue masih sempat melihat sebuah pesawat jenis Boeing 737 yang tampak begitu kecilnya di sebelah pesawat bertingkat jenis Boeing 747...

Namun, begitu pilot memacu pesawat di runway 25L, rasa takut kembali menyelimuti gue. Gue hanya bisa berpegangan erat sambil memejamkan kedua mata gue, berharap pesawat ini bisa terangkat ke udara. Entah kenapa rasanya begitu berbeda dengan saat gue melakukan penerbangan puluhan ribu kilometer 6 tahun yang lalu. Padahal, seingat gue, prosesi take-off dari CGK malam itu sama seperti empat kali prosesi take-off dari empat bandara yang pernah gue datangi sebelumnya (OTP, IST, DOH, dan SIN). Persamaan yang gue maksud adalah, proses take-off berjalan dengan mulus, tanpa hentakan berlebihan.

Setelah mencapai ketinggian jelajah yang diinginkan, indikator sabuk pengaman dimatikan, tetapi penumpang dihimbau oleh senior flight attendant untuk tetap mengenakan sabuk pengaman selama berada dalam posisi duduk. Satu jam berada di ketinggian jelajah gue manfaatkan untuk kembali melanjutkan tidur malam yang terputus di bus Primajasa Bandung-Jakarta. Sedangkan sisa waktu berikutnya gue habiskan di dalam toilet, mengikuti jadwal seperti biasanya untuk “nyetor” setiap pagi, dan menikmati pemandangan kumpulan awan yang ada di luar pesawat. Foto dibawah ini diambil sekitar pukul 06:24 WIB/07:24 WITA, entah saat itu posisi pesawat masih diatas Pulau Jawa atau udah diatas Pulau Kalimantan...


Pemandangan pagi itu, sekitar pukul 06:24 WIB/07:24 WITA...

Selain itu, berkat penerangan yang cukup dari deretan lampu kabin dan penerangan alami yang menembus jendela kabin, gue berhasil memotret interior pesawat Airbus 320-214 registrasi PK-GLM yang melayani penerbangan Supergreen (call sign Citilink) 9631 CGK-BPN...

Deretan kursi barisan depan, baris 1-6 pagi itu kosong...


Deretan kursi barisan belakang, mayoritas penumpang duduk di barisan belakang...

Setelah itu, gue membuka-buka majalah in-flight yang tersedia, dan di salah satu halamannya tersedia artikel yang membahas mengenai armada Airbus 320 milik Citilink, yang saat ini berjumlah 24 unit. Di halaman itu pula terpampang gambar dua pesawat A320, registrasi PK-GLC tanpa sharklet dan PK-GLX dengan sharklet. Walaupun gue mendapatkan pesawat yang belum dilengkapi sharklet, setidaknya gue bisa mendapatkan gambar dari salah satu pesawat yang dilengkapi model sayap terbaru itu...

All about Citilink Airbus 320, lengkap dengan seat map...

Sekitar dua puluh menit menjelang mendarat, indikator sabuk pengaman kembali dinyalakan, dan seluruh penumpang kembali duduk, ada yang tetap di kursinya, dan ada juga yang berpindah kursi, berhubung penerbangan pagi itu tidak terisi penuh. Penumpang yang duduk di sisi kiri pesawat sempat dapat melihat area Bandar Udara Internasional Sepinggan, lengkap dengan bangunan terminal barunya yang (akan) dilengkapi mal. Tapi sayangnya, gue tidak mengambil foto bandara dari dalam pesawat.

Oh iya, bukannya bandara tersebut udah berganti nama? Lalu kenapa gue masih menggunakan nama Sepinggan dan bukan Sultan Aji Muhammad Sulaiman? Pertama, karena terminal yang baru belum diresmikan oleh Presiden RI, dan rencananya penggantian nama secara resmi akan dilakukan pada saat peresmian oleh Presiden nanti. Kedua, karena nama Sepinggan udah jauh lebih familiar bagi orang-orang Balikpapan maupun dari luar kota tersebut, sama seperti orang lebih sering menyebut CGK dengan nama Cengkareng daripada Soekarno-Hatta.

Singkat cerita, tepat pukul 08:10 WIB, kereta yang gue tumpangi tiba di stasiun tujuan akhir: Sepinggan. Lho, kayaknya gue typo parah ya? Maklum, udah terbiasa dengan zona waktu dan moda transportasi yang itu-itu saja selama beberapa tahun terakhir ini... *ehh*

Di sebelah kiri pesawat yang gue tumpangi, terparkir beberapa pesawat narrow body, dan yang paling jelas terlihat adalah Boeing 737-800 Lion Air registrasi PK-LKT. Andai sajapesawat itu tidak diparkir di sebelah kiri PK-GLM, gue bisa memotret sebuah Boeing 737-900ER yang juga adalah pesawat Boeing 737 Next Generation Series ke-100 milik maskapai Lion Air (atau keseluruhan armada B737 NG Lion Group?), dengan nomor registrasi PK-LOP...

Boeing 737-800 Lion Air PK-LKT, di balik pesawat itu bisa terlihat vertical stabilizernya PK-LOP...

Dan ini adalah bagian belakang dari PK-GLM, pesawat jenis Airbus 320-214 yang telah melayani penerbangan CGK-BPN Sabtu pagi itu...

Satu-satunya foto eksterior PK-GLM yang bisa gue ambil...

Di pintu keluar pesawat dua orang pramugari tersenyum sambil mengucapkan terima kasih kepada para penumpang, dan berharap untuk kembali bertemu dalam kesempatan penerbangan berikutnya. Lanjut ke dalam bangunan terminal yang tampak luarnya bernuansa modern seperti Terminal 3 Cengkareng dan Bandar Udara Internasional Kuala Namu, seluruh penumpang penerbangan QG 9631 dari CGK diarahkan untuk keluar ke arah kanan, mengambil bagasi di ruang baggage claim nomor 4. Masuk ke bagian tengah gedung, kami disambut oleh seorang perempuan berpakaian daerah khas Kalimantan Timur dan... seekor orang utan yang memohon untuk diselamatkan dari ancaman kepunahan...

Welcome... :)

Save me... :(

Area baggage claim di Sepinggan tergolong unik diantara bandara lainnya di Indonesia, dikarenakan adanya mini forest di dalamnya...

Mini forest di area baggage claim Bandara Sepinggan...


Mini forest di area baggage claim Bandara Sepinggan...


Jemputan kami telah tersedia di pintu keluar terminal domestik. Berikut foto terakhir sebelum meninggalkan Bandara Sepinggan...

Bandar Udara Internasional Sepinggan, dengan bangunan terminal barunya...

Dengan ini berakhirlah bagian pertama dari laporan perjalanan seorang railfan menggunakan pesawat udara ke Balikpapan...

Baca juga: Ketika Seorang Railfan Naik Pesawat (Part 2)