Friday, February 01, 2013

Liburan ke Solo... (hunting bagian 1)

Okay, ini dia lanjutan cerita tentang liburan gue ke Solo, selamat menikmati!



Sesuai judulnya, kali ini gue bakal ceritain tentang kegiatan hunting foto gue selama tanggal 24 Januari 2013. Semuanya dimulai dari Stasiun Solobalapan. Dari stasiun itu, gue berangkat ke Yogya dengan KRDE Prambanan Ekspres pemberangkatan pertama, pukul 05:30. Akhirnya, untuk kali pertama, gue naik KRD yang mirip dengan KRDE Baraya Geulis di Bandung sewaktu masih menggunakan livery kuning. Bedanya, Prambanan Ekspres tampak lebih bersih, terawat, dan selalu dipenuhi penumpang...




Di perjalanan, gue menikmati sarapan berupa dua buah roti isi cokelat yang gue beli dari toko roti di samping rumah sore sebelum keberangkatan dari Bandung. Ketika membuka plastik yang gue bawa, baru gue inget kalo gue lupa ambil susu kotak yang ada di ransel. Terpaksa, pagi itu gue nggak minum susu, padahal udah kebiasaan tiap pagi. Ya nggak apa-apa lah, toh ada aqua botol buat minum. Yang penting gue nggak laper dan nggak haus...

Pagi itu, kereta berangkat terlambat 5 menit, tapi ajaibnya bisa tiba di Stasiun Tugu tepat pukul 06:49, sesuai dengan yang tertera di tiket. Bravo! Turun dari kereta, dengan penuh keyakinan gue berjalan ke sisi selatan stasiun untuk mencari pintu keluar samping. Tapi, gue tidak menemukan akses satupun. Bertemu dengan seseorang, barulah gue tau kalo akses keluar berada di peron jalur 4. Terpaksa gue harus berjalan kembali ke peron di mana gue tadi turun dari kereta. Ketika menyeberang melalui Eksekutif 4 KA Sancaka yang sudah siap di jalur 2, tidak lupa gue foto interiornya. Lumayan juga, nuansa birunya menambah sejuknya AC kereta tersebut...


Setelah menembus terowongan di bawah peron selatan, akhirnya gue keluar ke jalan raya di sisi selatan stasiun (Pasar Kembang apa ya?), dan mendapati temen gue udah nungguin di atas motornya. Maafin gue ya, kesasar dulu di dalam stasiun, tapi kan kalo nggak nyasar nggak greget... #ehh :p

Dari situ, kami memulai perjalanan selama kurang lebih 30 menit hingga tiba di spot pertama: Kalimenur. Setelah cukup lama hanya bisa menikmati foto-foto dari teman-teman railfans, akhirnya gue bisa menginjakkan kaki di spot sejuta umat tersebut, yang kata temen gue “ditambah kamu jadi sejuta satu”. Finally, finally, tapi tetep aja rasanya masih kurang, tanah orang udah gue “jajah” tapi tanah sendiri, di Lebakjero, belum gue “jajah”, padahal di sana udah jadi “sejuta dua”...

Di tempat ini, kami bertemu dengan 6 spesies ular besi. Pertama, Bogowonto sp. tujuan Pasar Senen, kemudian ada Semen sp., Fajar Utama sp. tujuan Pasar Senen, Logawa sp. tujuan Jember, dan Argo Lawu sp. tujuan Gambir. Yang terakhir ini adalah ular yang paling dinanti pagi itu, dan sebuah keberuntungan ketika ular favorit kami berdua yang didamba-dambakan ini ternyata membawa sepotong kereta yang lebih putih dari yang lain. Ya, sebuah kereta wisata bernama Nusantara, yang kini dibalut garis batik bernuansa biru. Akhirnya, di spot yang baru pertama kali gue datangi ini, gue bisa dapetin foto kereta wisata yang baru berganti livery itu...



Beres memotret Argo Lawu, gue diajak berpindah ke spot berikutnya: Jembatan Kali Progo. Sebelum berangkat, temen gue bertanya dulu apa tidak masalah kalo nggak sempet motret Lodaya, karena masih baru akan mencari akses masuk ke spot di ujung barat jembatan ini. Gue tetep memilih untuk berangkat, apapun risikonya. Saat itu, kami tinggal punya waktu sekitar 20 menit sampai kemunculan Lodaya dari Solo. Keluar ke jalan raya dan tiba di tugu perbatasan Kabupaten Kulon Progo (kalo nggak salah ya), temen gue membelokkan laju motornya memasuki sebuah jalan kecil di samping tugu tersebut. Setelah sempat terkecoh papan penunjuk jalan, akhirnya kami bisa tiba di tempat tujuan dalam waktu 15 menit saja. Hore, berarti Lodaya belum lewat! Tampak pula ada dua orang gadis sedang narsis dekat jembatan kereta. Tapi, sepertinya mereka kelewat lupa tempat ketika sedang narsis. Buktinya, ketika kereta sudah muncul di ujung jembatan, mereka masih saja duduk berpose di rel. Masinis pun harus kembali membunyikan semboyan 35 agar mereka bergeser menjauh dari rel...


Setengah jam berselang, kembali ada kereta berjalan menyeberangi Jembatan Kali Progo dari arah Yogyakarta. Kali ini adalah KA Taksaka Pagi tujuan Jakarta. Inilah ular besi terakhir yang lewat di daerah tersebut. Beres memotret ular besi, giliran kami, para fotografer, untuk berpose. Pertama, gue sendiri dulu, kemudian pose berdua, tanda udah pernah ke tempat ini...
 


Jam menunjukkan pukul 10:40, dan kereta berikutnya baru akan lewat sekitar pukul 12 lewat. Kami memutuskan untuk mengisi perut terlebih dahulu di rumah makan Soto Pak Slamet di daerah Patukan, tidak jauh dari daerah tempat tinggal temen gue ini. Rumah makan yang siang itu ramai pernah dikunjungi chef ternama Indonesia, Pak Bondan Winarno. Tempatnya dekat dengan rel kereta api, walaupun terhalang beberapa pepohonan, tapi kami masih bisa mendengar suara lokomotif yang “seruntulan” dari Rewulu menuju Yogyakarta. Tempat makan tersebut sangat berkesan buat gue. Makanannya maknyus, terjangkau pula. Dan juga suasana tempatnya, mendukung nikmatnya soto yang disajikan. Oh ya, saking hausnya, siang itu gue dan temen gue masing-masing menghabiskan dua gelas es jeruk. Gelas pertama gue teguk abis sebelum sotonya datang, dan gelas kedua, tentunya, sehabis melahap isi mangkuk sotonya. Belum lagi, gue ditraktir oleh temen gue. Padahal, perjanjiannya, seharusnya gue yang traktir dia, tetapi karena satu dan lain hal, akhirnya gue yang ditraktir. Beres makan, kami bergeser ke tempat ini...


Ya, Stasiun Patukan, “markas besar” temen gue. Tidak jauh dari bangunan utama stasiun, terdapat satu rumah dinas PT KAI yang udah nggak ditempati lagi, sehingga tampak angker. Belum lagi ditambah kedatangan “penghuni” berupa replika genderuwo, yang biasa disebut dengan “ogoh-ogoh”, jadi tampak makin angker. Tapi, siang itu, tampak ada beberapa bocah asyik bermain dengan “ogoh-ogoh” yang disimpan di sana setelah sebuah acara di daerah tersebut. Bahkan, mereka sempat mengangkat “ogoh-ogoh” itu dan membawanya maju-mundur ke arah rel ketika sedang sepi. Sayangnya, siang itu gue nggak kepikiran untuk memotret aksi para bocah dengan replika genderuwo itu. Gue hanya terpikir untuk siap-siap memotret rangkaian KA Argo Wilis tujuan Bandung yang akan lewat...

Setelah penantian beberapa waktu, terdengar sirene perlintasan kereta api dekat stasiun berbunyi tanda akan ada kereta yang lewat. Dan di saat yang bersamaan, para bocah sepertinya tau kalo kami akan memotret kereta yang lewat, dan mereka sedikit mengganggu kami. Tapi untungnya tidak mengangkat “ogoh-ogoh” tadi dan menghalangi kami, hanya sekedar lompat-lompat di depan kamera. Ya, dengan sedikit keberuntungan, gue masih bisa mendapatkan foto rangkaian Argo Wilis ketika akan melewati Stasiun Patukan...


Dan tidak berapa lama setelah kereta lewat, hujan mulai turun perlahan. Dari stasiun, kami mampir sebentar ke rumah temen gue yang berada tidak jauh dari stasiun. Ketika berbelok dari jalan utama, hujan turun lebih deras dari sebelumnya. Beruntung, saat itu kami hampir tiba di tempat tujuan. Tapi ternyata, hujannya tidak berlangsung lama. Begitu reda, kami memutuskan kembali melanjutkan perjalanan dengan membawa jas hujan, mengingat Prameks tujuan Solo berangkat pukul 13:20, dan saat itu waktu menunjukkan sudah pukul 12:45. Di perjalanan, hujan kembali turun lebih deras lagi. Tapi, kali ini kami sudah terlindungi jas hujan, untungnya. Lucunya, ketika memasuki Yogyakarta, suasana di sana kering. Para pengendara motor dari arah luar kota tampak menggunakan jas hujan, tetapi pengendara dari arah dalam kota tidak.

Cerahnya langit di Kota Gudeg itu setidaknya memperbolehkan gue untuk bisa berpose di bawah papan nama Jalan Malioboro. Coba kalo hujan, udah pasti gue langsung buru-buru masuk ke peron stasiun untuk berteduh...


Dan di pintu perlintasan berupa pagar yang berada di sisi timur stasiun, gue berhasil memotret kereta makan bercorak batik Madura milik KA Sancaka untuk pertama kalinya. Begitu juga dengan temen gue, yang sayangnya tidak membawa serta kamera miliknya...




Masuk ke halaman depan Stasiun Tugu, di tempat itulah kami berpisah. Gue berterima kasih untuk kesempatan hunting pagi hingga siang itu, udah boleh dianterin jauh-jauh ke Kalimenur, Jembatan Progo, Stasiun Patukan, dan ditraktir makan enak di Soto Pak Slamet. Tapi, sebelum berpisah, gue masih meminta tolong temen gue untuk memotret gue di depan pintu masuk Stasiun Tugu...


Selesai berpose, gue berpisah dengan temen gue dan langsung berlari ke loket Prameks. Waktu menunjukkan pukul 13:15, dan antrian di loket siang itu sangat panjang. Lima menit yang tersisa tidak cukup untuk membeli tiket dengan tetap berada di antrian. Beruntung, petugas keamanannya berbaik hati dan memperbolehkan penumpang yang akan segera berangkat untuk “menyerobot” barisan langsung menuju loket. Singkat cerita, pemberangkatan kereta ditunda 10 menit hingga dipastikan tidak ada lagi penumpang yang masih mengantri di loket. Semboyan 40 oleh PPKA, semboyan 41 oleh kondektur, semboyan 35 oleh masinis, dan kereta pun berangkat dari jalur 2. Selamat tinggal Yogyakarta...

Ini baru bagian pertama, segera dilanjutkan dengan bagian dua...

No comments:

Post a Comment