Saturday, April 26, 2014

Stasiun Cilacap, Stasiun "Besar" yang Kesepian


Sebenernya, sebelum membuat post ini, saya lagi browsing di forum Semboyan 35, nyari threadnya Stasiun Purwokerto buat referensi bahan cerpen. Begitu membuka page 4 dari subforum Depo dan Stasiun, ternyata thread tentang Stasiun Purwokerto berada satu halaman dengan thread yang membahas soal Stasiun Cilacap, salah satu stasiun "besar" yang kebetulan juga berada di DAOP V PWT... Kenapa saya bilang "besar"? Ya, karena bangunan fisiknya bisa dibilang besar. Hanya saja, besarnya bangunan utama stasiun ini tidak diikuti dengan keramaian suasana di sekitar stasiun. Akhirnya, saya tertarik untuk berbagi sedikit cerita pengalaman saya berkunjung ke Kota Cilacap, sekaligus mendatangi stasiun utama di kota “buntu” tersebut.

Suatu hari, saya kebetulan berada dalam kelas yang "beruntung" mendapat kesempatan ikutan study tour mata kuliah Tindak Pidana Khusus ke Lembaga Pemasyarakatan Klas I Batu di Pulau Nusakambangan yang terkenal itu. Untuk mencapai pulau yang ternyata tidak hanya diisi penjara (sebelum saya kesana, bayangan saya Pulau Nusakambangan itu isinya full penjara, ternyata ada juga pemukiman penduduk setempat dan pabrik semen yang menggunakan Stasiun Karangtalun untuk keperluan distribusinya), tentunya terlebih dahulu harus melewati Kota Cilacap.

Singkat cerita, rombongan study tour berhenti di Cilacap sekitar pukul 06:30 tanggal 08 November 2013 untuk sarapan, lalu mandi dan/atau cuci muka + sikat gigi. Kami diberi waktu istirahat sampai pukul 08:00 atau, kalo ngaret, sampai orang terakhir selesai mandi dan/atau cuci muka + sikat gigi. Berhubung posisi duduk saya berada di baris paling depan bus, maka saya menjadi orang kedua yang turun setelah dosen saya. Beres sarapan dan cuci muka + sikat gigi, saya langsung memisahkan diri dari rombongan ditemani seorang teman yang juga kebingungan mau ngapain menunggu waktu keberangkatan kembali. Tujuan saya saat itu, tidak lain adalah untuk menyambangi Stasiun Cilacap.

Karena tidak ada diantara kami yang tahu jalan ataupun rute angkutan menuju stasiun, kami terlebih dahulu mampir ke sebuah minimarket dekat tempat checkpoint kami. Kasir lalu mengatakan kalo semua angkutan yang lewat depan minimarket itu akan berjalan menuju stasiun, lalu kemudian ia mengatakan bahwa ia tidak menjamin kalo stasiun sudah buka, karena sepi. Saya sempat bimbang: kalo batal, kapan lagi saya akan berkunjung ke kota itu; kalo lanjut, setidaknya saya bisa mendapat foto bangunan stasiun, tanpa harus menukar tiket kepulangan saya ke Bandung dengan kereta dari Jogja pada tanggal 10 November 2013.

Akhirnya kami sepakat melanjutkan perjalanan ke stasiun. Angkutan yang kami tumpangi melewati rute yang bisa dibilang cocok menjadi rute untuk city tour Cilacap. Terus berbelok-belok melewati jalanan-jalanan kota yang sepi, sampai-sampai saya berpikir, jangan-jangan saya bakalan tidak sempat tiba di checkpoint sebelum seluruh rombongan berangkat.

Waktu menunjukkan pukul 07:35 ketika akhirnya angkutan berhenti di depan sebuah sekolah. Tidak melihat keberadaan stasiun, saya bertanya: "Pak, stasiunnya di mana ya?" Ia mengatakan bahwa stasiunnya berada di ujung jalan yang berada di seberang sekolah yang saya bilang tadi. Barulah akhirnya, setelah turun dari angkutan, saya bisa melihat bangunan stasiun yang berjarak sekitar 200 meter dari tempat saya berdiri saat itu. Pagi itu, di jalanan menuju stasiun itu, terdapat sekitar 20-30 murid sekolah tadi yang sedang mengikuti tes praktik olahraga. Beberapa dari mereka ada yang memperhatikan saya dan teman saya. Mungkin, dalam hati mereka, mereka berpikir "ngapain orang-orang ini ke stasiun pagi-pagi begini, orang nggak ada kereta jam segini." Saya sempatkan tersenyum ke arah pak guru yang juga sempat memperhatikan kami.

Tiba di gerbang stasiun, kami disambut seorang petugas keamanan. Saya pun bertanya apakah loketnya sudah dibuka. Jawaban yang diberikan petugas itu membuat saya dan teman saya lega, loketnya sudah dibuka sejak jam 7. Kami langsung berjalan menuju loket, menukarkan struk pembelian online dengan tiket yang asli. Suasana Stasiun Cilacap pagi itu sangat, sangat sepi. Berbeda sekali dengan pemandangan Stasiun Bandung di jam yang sama. Di ruang tunggu yang berada dekat pintu masuk ke dalam peron, hanya ada kami berdua, seorang petugas keamanan, dan petugas loket yang berada di balik jendela loket. Sedang di balik pintu peron, terlihat simbah D 301 13 sedang melangsir rangkaian KA angkutan BBM, mengenakan livery kuning-hijau dari era PJKA. Rasanya ingin memotret moment itu, tapi berhubung waktu yang tersisa tinggal 20 menit lagi, dan takut ditegur petugas keamanan, akhirnya saya memutuskan untuk cukup menikmati saat-saat langsiran itu dengan mata saya sendiri (dan ketika saya sedang mengetik post ini, saya kembali membayangkan moment tersebut)...

Well, cukup dengan ceritanya, berikut adalah foto-foto bangunan Stasiun Cilacap sebagaimana yang saya lihat dan abadikan pada tanggal 08 November 2013:

Bangunan utama Stasiun Cilacap, sepi...

Narsis di depan stasiun, biar ada bukti kalo saya udah pernah ke tempat itu...

Satu-satunya “oleh-oleh” bukan foto yang saya bawa pulang dari Cilacap: tiket KA 5 Argo Wilis Jogja-Bandung keberangkatan 10 November 2013...

Tulisan "LOKET_1_CP" menjadi bukti kalo tiket ini beneran dicetak di loket Stasiun Cilacap...


Sekian yang bisa saya bagikan seputar Stasiun Cilacap, sebuah stasiun "besar" yang kesepian di salah satu ujung selatan Pulau Jawa...

No comments:

Post a Comment