Oke, sesuai dengan yang udah gue janjikan sebelumnya, berikut
adalah lanjutan dari trip report gue
ke Balikpapan. Well, sebenernya sih untuk bagian ini lebih cocok disebut “trip report gue dari Balikpapan”, karena isi ceritanya full tentang perjalanan
balik gue...
Setelah sehari sebelumnya rombongan kami menempuh jadwal
kegiatan yang padat, yang akhirnya bisa membuat gue tertidur pulas dan batal
ikutan jalan-jalan menikmati malam hari di Balikpapan (bukan kehidupan malam, that’s totally different for me), hari
Minggu tanggal empat bulan Mei tahun dua ribu empat belas ini kami memiliki
waktu luang yang (sedikit) lebih banyak dibanding hari sebelumnya. Sebagaimana hari
Minggu lainnya, pagi itu gue mengikuti ibadah Minggu pagi yang dimulai pukul
07:00 WITA. Beruntunglah ibadah dimulai sepagi itu, kalo aja dimulai pukul
09:00 WITA, mungkin udah nggak bakal ada waktu lagi buat main bentar ke pantai
sebelum akhirnya packing dan mengejar
singa besi yang bakalan terbang ke Jakarta sekitar pukul 13:10 WITA.
Singkat cerita, setelah “puas” bermain di pantai (padahal
sebenernya cuma neduh dan narsis sedikit karena nggak tahan sama panasnya suhu
siang itu) dan menikmati sarapan yang kelewat terlambat (masak iya baru sarapan
jam 11 siang?), akhirnya kami siap meninggalkan Kota Balikpapan. What a very short vacation...
Drop-off area terminal keberangkatan Bandar Udara Sepinggan... |
Pintu masuk terminal keberangkatan internasional dan domestik Bandara Internasional Sepinggan |
Narsis dulu... :p |
Masuk ke dalam terminal keberangkatan, terdapat pula penunjuk arah counter check-in keberangkatan domestik. Sebagai maskapai flag carrier, Garuda lagi-lagi mendapatkan area counter check-in tersendiri (seluruh area B dan sebagian area A, khusus untuk penerbangan internasional)...
Kali ini, hanya sebagian dari rombongan yang ikut menuju counter check-in, dikarenakan posisinya
yang agak menjauh dari pintu masuk utama. Sedangkan bagian security check berada tepat persis di seberang pintu masuk utama
(di balik penunjuk counter check-in
yang gue foto). Berikut adalah tiket/boarding pass Lion Air, dengan tampilan
yang cukup mirip dengan boarding pass yang pernah gue miliki. Sekilas tampilannya
agak lebih “rumit” dibandingkan boarding pass Citilink...
Ruang tunggu di Bandara Sepinggan bersifat terbuka dari ujung
satunya ke ujung lainnya, sehingga penumpang leluasa untuk berpindah-pindah
tempat. Sekilas gue jadi teringat dengan Bandara Internasional Ataturk di
Istanbul dengan model ruang tunggu yang serupa, membuat gue tidak bosan ketika
harus menunggu waktu transit selama 7 jam di bandara tersebut pada tanggal 07
Oktober 2008 silam.
Kembali ke tanggal 04 Mei 2014, siang itu di Sepinggan gue
nggak bisa seleluasa ketika transit di Istanbul: dalam artian, gue nggak bisa
menghabiskan banyak waktu untuk memotret berbagai jenis pesawat dengan livery maskapai masing-masing. Siang itu,
gue hanya sempat memotret satu unit Airbus 320 milik Citilink, satu unit Boeing
737-800 milik Sriwijaya Air, satu unit ATR 72 milik Kalstar Aviation, dan tentunya,
satu unit Boeing 737-900ER milik Lion Air. Kurangnya waktu jeda yang ada sejak
melewati security check sampai waktu boarding membuat gue gagal mengambil
foto Boeing 737-800 milik Garuda Indonesia yang terparkir jauh di bagian ujung
bandara...
Tepat pukul 12:40 WITA, penumpang penerbangan JT 751 tujuan
akhir Jakarta dipersilakan untuk boarding.
Langsung, sekitar hampir 200 manusia mengantri di Gerbang G6. Untuk mempercepat
embarkasi, penumpang yang duduk di baris 20-38 dialihkan turun ke apron untuk
naik lewat pintu belakang pesawat. Lucky for
me, gue bisa narsis dulu sebelum naik...
Pukul 13:10 WITA, pramugari mulai menutup kedua pintu masuk
pesawat, dan pesawat mulai didorong mundur. Tetapi, ketika sudah berada dalam
posisi taxiing, tiba-tiba di sebelah
kiri gue sebuah pesawat berwarna putih-biru melenggang dengan santainya
menyusul pesawat gue dan sebuah pesawat Sriwijaya. Dengan jadwal keberangkatan
dan rute yang sama, walhasil sang Garuda dengan nomor penerbangan GA 567
mendapat prioritas utama untuk diberangkatkan. Menyusul di belakangnya
Sriwijaya dan barulah Lion dipersilakan taxi
menuju runway. Beginilah nasib
penumpang low-cost carrier, mesti
sabar menunggu disusul full-service
carrier dan juga menunggu didahului semi
full-service carrier (setahu gue Sriwijaya kelasnya diantara full-service dan low-cost)... Butuh waktu sekitar 15 menit untuk menunggu kedua
pesawat 737-800 tadi bergantian lepas landas hingga akhirnya singa yang gue
tunggangi diizinkan untuk terbang meninggalkan Balikpapan. Dan seperti pada
penerbangan QG 9631 CGK-BPN sehari sebelumnya, lagi-lagi gue merasakan
ketakutan yang sama, dan gue melampiaskannya dengan berpegangan erat pada
pegangan kursi yang ada...
Rasa takut gue berangsur hilang begitu pesawat mulai
mengakhiri fase pendakian dan tiba di ketinggian jelajahnya. Lampu peringatan sabuk
pengaman dimatikan, walaupun penumpang tetap dihimbau untuk mengenakannya
selama berada dalam posisi duduk. Karena kondisi pesawat yang terisi penuh, gue
nggak bisa leluasa memilih tempat duduk dan hanya sempat mengambil beberapa
foto. Salah satunya adalah foto yang diambil sekitar pukul 13:54 WIB/14:54 WITA
di bawah ini, entah ketika pesawat melintasi daerah mana...
Setelahnya, gue sempatkan mengambil foto interior pesawat
Boeing 737-900ER yang gue tumpangi. Berhubung tempat duduk gue berada di baris
kedua dari belakang, gue hanya mengambil foto interior dengan posisi menghadap
ke bagian depan pesawat...
Waktu menunjukkan pukul 14:10 WIB ketika akhirnya dari jendela
sebelah kiri pesawat mulai terlihat pemandangan bagian utara Jakarta, mulai
dari Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pembuka dan ditutup oleh Bandara
Soekarno-Hatta...
Pemandangan menjelang kedatangan di Jakarta, terlihat kompleks Bandara Internasional Soekarno-Hatta di kejauhan... |
Butuh waktu sekitar 20 menit sejak pertama kali melihat
landasan pacu CGK sampai akhirnya pesawat mendarat. Dan proses landing dari JT 751, menurut pengalaman
gue, adalah yang terburuk dibanding kesempatan-kesempatan lainnya. Ketika sedang
approaching, gue udah punya firasat landing siang itu tidak bakal semulus
ketika gue mendarat di Balikpapan. Pilot (atau mungkin kopilot, secara saat
kecelakaan penerbangan JT 904 di DPS, yang melakukan approach adalah kopilot) terasa menurunkan ketinggian secara
mendadak. Alhasil, roda pendaratan utama tidak menyentuh landasan pacu dengan
mulus, seperti pada penerbangan QG 9631. Udah gitu, entah faktor landasan
pacunya yang kurang mulus atau karena faktor hard landing tadi, pesawat terasa berguncang ketika melibas
permukaan runway 25L...
Karena mendarat di 25L, otomatis pesawat kami melewati area
Terminal 2 dan 3. Sepanjang perjalanan, gue sempat melihat sebuah pesawat
Mandala, sebuah pesawat Batik Air, sekumpulan pesawat Garuda Indonesia dengan
berbagai jenis (termasuk satu unit B777-300ER nomor PK-GID dan Airbus 330-300
nomor PK-GPF berseragam Skyteam), dan sekumpulan pesawat dari berbagai maskapai
mancanegara terparkir di terminal 2D. Bahkan, di jalur penghubung antara
Terminal 1 dengan Terminal 2 dan 3, pesawat kami berpapasan dengan sebuah
pesawat Garuda 737-800 yang juga baru mendarat. Kalo menurut tebakan gue,
rasanya tidak mungkin itu adalah pesawat yang sama dengan pesawat yang menyusul
JT 751 saat sedang taxi di Sepinggan.
Begitu merapat di Gate R6 Terminal 1C CGK, lagi-lagi penumpang
di baris 20-38 diminta turun melalui pintu belakang. Kali ini, gue menyempatkan
diri memotret salah satu dari sepasang mesin jenis CFM56 yang terpasang pada
kedua sayap pesawat...
Pintu masuk menuju ruang kedatangan, tampak sempit, gelap, dan
kumuh. Sampai-sampai ada temen gue yang mengomentarinya mirip pintu masuk
toilet...
Dengan ini berakhirlah penerbangan gue kembali dari
Balikpapan. Keluar dari bangunan terminal, rombongan kami menyewa sebuah elf
untuk mengantar kami kembali ke Bandung. Beberapa foto setelah meninggalkan Terminal 1C...
Sampai disinilah cerita perjalanan gue yang jauh tetapi singkat
ini, mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan atau adanya kesalahan
istilah. Sampai berjumpa di laporan perjalanan berikutnya!Sebuah pesawat Lion Air di Terminal 1C, tapi kalo diliat posisinya bukan PK-LFS... |
Numpang lewat, sambil mikir kapan lagi gue bisa terbang dari sini... |
Baca juga: Ketika Seorang Railfan Naik Pesawat (Part 1)
Kena PK-LF* ya? Selamet deh kena kursi keras ala Turanzonk........... :D
ReplyDeleteiya, kursinya keras... AC-bya jg baru kerasa dingin pas udh setengah penerbangan... -__-
Deletebtw, kayak tau deh siapa yg comment, berasa "familiar" dgn Turanzonk, wkwkwk... :p