Monday, May 19, 2014

Ketika Seorang Railfan Naik Pesawat (Part 2)

Oke, sesuai dengan yang udah gue janjikan sebelumnya, berikut adalah lanjutan dari trip report gue ke Balikpapan. Well, sebenernya sih untuk bagian ini lebih cocok disebut “trip report gue dari Balikpapan”, karena isi ceritanya full tentang perjalanan balik gue...

Setelah sehari sebelumnya rombongan kami menempuh jadwal kegiatan yang padat, yang akhirnya bisa membuat gue tertidur pulas dan batal ikutan jalan-jalan menikmati malam hari di Balikpapan (bukan kehidupan malam, that’s totally different for me), hari Minggu tanggal empat bulan Mei tahun dua ribu empat belas ini kami memiliki waktu luang yang (sedikit) lebih banyak dibanding hari sebelumnya. Sebagaimana hari Minggu lainnya, pagi itu gue mengikuti ibadah Minggu pagi yang dimulai pukul 07:00 WITA. Beruntunglah ibadah dimulai sepagi itu, kalo aja dimulai pukul 09:00 WITA, mungkin udah nggak bakal ada waktu lagi buat main bentar ke pantai sebelum akhirnya packing dan mengejar singa besi yang bakalan terbang ke Jakarta sekitar pukul 13:10 WITA.

Singkat cerita, setelah “puas” bermain di pantai (padahal sebenernya cuma neduh dan narsis sedikit karena nggak tahan sama panasnya suhu siang itu) dan menikmati sarapan yang kelewat terlambat (masak iya baru sarapan jam 11 siang?), akhirnya kami siap meninggalkan Kota Balikpapan. What a very short vacation...

Drop-off area terminal keberangkatan Bandar Udara Sepinggan...


Pintu masuk terminal keberangkatan internasional dan domestik Bandara Internasional Sepinggan

Narsis dulu... :p

Masuk ke dalam terminal keberangkatan, terdapat pula penunjuk arah counter check-in keberangkatan domestik. Sebagai maskapai flag carrier, Garuda lagi-lagi mendapatkan area counter check-in tersendiri (seluruh area B dan sebagian area A, khusus untuk penerbangan internasional)...

Papan penunjuk lokasi counter check-in tiap maskapai

Kali ini, hanya sebagian dari rombongan yang ikut menuju counter check-in, dikarenakan posisinya yang agak menjauh dari pintu masuk utama. Sedangkan bagian security check berada tepat persis di seberang pintu masuk utama (di balik penunjuk counter check-in yang gue foto). Berikut adalah tiket/boarding pass Lion Air, dengan tampilan yang cukup mirip dengan boarding pass yang pernah gue miliki. Sekilas tampilannya agak lebih “rumit” dibandingkan boarding pass Citilink...

Boarding pass untuk Penerbangan JT 751 BPN-CGK...

Ruang tunggu di Bandara Sepinggan bersifat terbuka dari ujung satunya ke ujung lainnya, sehingga penumpang leluasa untuk berpindah-pindah tempat. Sekilas gue jadi teringat dengan Bandara Internasional Ataturk di Istanbul dengan model ruang tunggu yang serupa, membuat gue tidak bosan ketika harus menunggu waktu transit selama 7 jam di bandara tersebut pada tanggal 07 Oktober 2008 silam.

Kembali ke tanggal 04 Mei 2014, siang itu di Sepinggan gue nggak bisa seleluasa ketika transit di Istanbul: dalam artian, gue nggak bisa menghabiskan banyak waktu untuk memotret berbagai jenis pesawat dengan livery maskapai masing-masing. Siang itu, gue hanya sempat memotret satu unit Airbus 320 milik Citilink, satu unit Boeing 737-800 milik Sriwijaya Air, satu unit ATR 72 milik Kalstar Aviation, dan tentunya, satu unit Boeing 737-900ER milik Lion Air. Kurangnya waktu jeda yang ada sejak melewati security check sampai waktu boarding membuat gue gagal mengambil foto Boeing 737-800 milik Garuda Indonesia yang terparkir jauh di bagian ujung bandara...

Boeing 737-900ER PK-LFS, yang melayani penerbangan JT 751 tanggal 04 Mei 2014...

Tepat pukul 12:40 WITA, penumpang penerbangan JT 751 tujuan akhir Jakarta dipersilakan untuk boarding. Langsung, sekitar hampir 200 manusia mengantri di Gerbang G6. Untuk mempercepat embarkasi, penumpang yang duduk di baris 20-38 dialihkan turun ke apron untuk naik lewat pintu belakang pesawat. Lucky for me, gue bisa narsis dulu sebelum naik...

Narsis dengan tulisan model dan registrasi pesawat...

Pukul 13:10 WITA, pramugari mulai menutup kedua pintu masuk pesawat, dan pesawat mulai didorong mundur. Tetapi, ketika sudah berada dalam posisi taxiing, tiba-tiba di sebelah kiri gue sebuah pesawat berwarna putih-biru melenggang dengan santainya menyusul pesawat gue dan sebuah pesawat Sriwijaya. Dengan jadwal keberangkatan dan rute yang sama, walhasil sang Garuda dengan nomor penerbangan GA 567 mendapat prioritas utama untuk diberangkatkan. Menyusul di belakangnya Sriwijaya dan barulah Lion dipersilakan taxi menuju runway. Beginilah nasib penumpang low-cost carrier, mesti sabar menunggu disusul full-service carrier dan juga menunggu didahului semi full-service carrier (setahu gue Sriwijaya kelasnya diantara full-service dan low-cost)... Butuh waktu sekitar 15 menit untuk menunggu kedua pesawat 737-800 tadi bergantian lepas landas hingga akhirnya singa yang gue tunggangi diizinkan untuk terbang meninggalkan Balikpapan. Dan seperti pada penerbangan QG 9631 CGK-BPN sehari sebelumnya, lagi-lagi gue merasakan ketakutan yang sama, dan gue melampiaskannya dengan berpegangan erat pada pegangan kursi yang ada...

Rasa takut gue berangsur hilang begitu pesawat mulai mengakhiri fase pendakian dan tiba di ketinggian jelajahnya. Lampu peringatan sabuk pengaman dimatikan, walaupun penumpang tetap dihimbau untuk mengenakannya selama berada dalam posisi duduk. Karena kondisi pesawat yang terisi penuh, gue nggak bisa leluasa memilih tempat duduk dan hanya sempat mengambil beberapa foto. Salah satunya adalah foto yang diambil sekitar pukul 13:54 WIB/14:54 WITA di bawah ini, entah ketika pesawat melintasi daerah mana...

Pemandangan dari dalam pesawat, sekitar pukul 13:54 WIB...

Setelahnya, gue sempatkan mengambil foto interior pesawat Boeing 737-900ER yang gue tumpangi. Berhubung tempat duduk gue berada di baris kedua dari belakang, gue hanya mengambil foto interior dengan posisi menghadap ke bagian depan pesawat...

Interior PK-LFS, yang dipenuhi penumpang JT 751...

Waktu menunjukkan pukul 14:10 WIB ketika akhirnya dari jendela sebelah kiri pesawat mulai terlihat pemandangan bagian utara Jakarta, mulai dari Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pembuka dan ditutup oleh Bandara Soekarno-Hatta...

Pemandangan menjelang kedatangan di Jakarta, terlihat kompleks Bandara Internasional Soekarno-Hatta di kejauhan...

Butuh waktu sekitar 20 menit sejak pertama kali melihat landasan pacu CGK sampai akhirnya pesawat mendarat. Dan proses landing dari JT 751, menurut pengalaman gue, adalah yang terburuk dibanding kesempatan-kesempatan lainnya. Ketika sedang approaching, gue udah punya firasat landing siang itu tidak bakal semulus ketika gue mendarat di Balikpapan. Pilot (atau mungkin kopilot, secara saat kecelakaan penerbangan JT 904 di DPS, yang melakukan approach adalah kopilot) terasa menurunkan ketinggian secara mendadak. Alhasil, roda pendaratan utama tidak menyentuh landasan pacu dengan mulus, seperti pada penerbangan QG 9631. Udah gitu, entah faktor landasan pacunya yang kurang mulus atau karena faktor hard landing tadi, pesawat terasa berguncang ketika melibas permukaan runway 25L...

Karena mendarat di 25L, otomatis pesawat kami melewati area Terminal 2 dan 3. Sepanjang perjalanan, gue sempat melihat sebuah pesawat Mandala, sebuah pesawat Batik Air, sekumpulan pesawat Garuda Indonesia dengan berbagai jenis (termasuk satu unit B777-300ER nomor PK-GID dan Airbus 330-300 nomor PK-GPF berseragam Skyteam), dan sekumpulan pesawat dari berbagai maskapai mancanegara terparkir di terminal 2D. Bahkan, di jalur penghubung antara Terminal 1 dengan Terminal 2 dan 3, pesawat kami berpapasan dengan sebuah pesawat Garuda 737-800 yang juga baru mendarat. Kalo menurut tebakan gue, rasanya tidak mungkin itu adalah pesawat yang sama dengan pesawat yang menyusul JT 751 saat sedang taxi di Sepinggan.

Begitu merapat di Gate R6 Terminal 1C CGK, lagi-lagi penumpang di baris 20-38 diminta turun melalui pintu belakang. Kali ini, gue menyempatkan diri memotret salah satu dari sepasang mesin jenis CFM56 yang terpasang pada kedua sayap pesawat...

Close-up of CFM56-7B26 Engine No. 1 of PK-LFS...

Pintu masuk menuju ruang kedatangan, tampak sempit, gelap, dan kumuh. Sampai-sampai ada temen gue yang mengomentarinya mirip pintu masuk toilet...

Ini pintu masuk ke dalam bandara atau apa ya, gini banget tampilannya... -__-

Dengan ini berakhirlah penerbangan gue kembali dari Balikpapan. Keluar dari bangunan terminal, rombongan kami menyewa sebuah elf untuk mengantar kami kembali ke Bandung. Beberapa foto setelah meninggalkan Terminal 1C...


Sebuah pesawat Lion Air di Terminal 1C, tapi kalo diliat posisinya bukan PK-LFS...

Numpang lewat, sambil mikir kapan lagi gue bisa terbang dari sini...

Sampai disinilah cerita perjalanan gue yang jauh tetapi singkat ini, mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan atau adanya kesalahan istilah. Sampai berjumpa di laporan perjalanan berikutnya!

Baca juga: Ketika Seorang Railfan Naik Pesawat (Part 1)

2 comments:

  1. Kena PK-LF* ya? Selamet deh kena kursi keras ala Turanzonk........... :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, kursinya keras... AC-bya jg baru kerasa dingin pas udh setengah penerbangan... -__-

      btw, kayak tau deh siapa yg comment, berasa "familiar" dgn Turanzonk, wkwkwk... :p

      Delete